Selasa, 24 Desember 2019

PENDAKIAN GUNUNG LAWU 3265 Mdpl VIA CANDI CETHO

Mbulak Peperangan

Pendakian ke Gunung Lawu kali ini adalah yang kedua kalinya bagi saya. Sebelumnya kami pernah summit melalui Jalur Cemoro Sewu

Sebenarnya agak berat untuk mengiyakan naik ke Lawu lagi setelah pengalaman pendakian pertama dulu. Apalagi ini juga bulan yang tiap harinya pasti hujan. Tapi karena banyak provokator yang ngomporin katanya Jalur via Candi Cetho osem, maka dengan yakin saya ikut dengan Sarmili teamDan setelah nego tipis, istri saya akhirnya ngasih ijin.

Kami berangkat ber-enam 2 mobil, Saya dari Ungaran bareng Anggi, Akhjad dan Mas Hari. Dewi dan Sesti di mobil lain meluncur dari Purworejo. Kami sepakat bertemu di persimpangan sebelum Basecamp Candi Cetho

Kami sampai di Basecamp sekitar jam 5 Sore. Cuaca cerah berawan dengan semburat sunset mulai memerah.
Setelah packing dan makan sore, kami start dari Basecamp jam 8 teng.
Registrasi pendakian dan langsung naik.

Note CP BASECAMP : 0852 0076 0666 ( Relawan Ceto)
               IG: @relawan.ceto @kmpagiribahama

Dari Gerbang Pendakian jalan relatif rata melewati sisi tebing mengarah ke area Candi Kethek.

Belum juga sampai Pos 1, karena terlalu kenyang dan dari bawah memang agak sedikit pusing, jadilah saya muntah. Sengaja, mau ndak mau biar gas diperut ilang.

Credit untuk pengelola, sepanjang jalur pendakian sampai ke Pasar Dieng sudah ditandai dengan pita merah putih dan mata kucing untuk penanda malam hari. Jadi ndak bakal nyasar.

Sekitar 1 jam dari Pos Registrasi melewati vegetasi pinus kami sampai di POS 1 MBAH BRANTI.

mabuk soto..

Pos ini berada di ketinggian 1702 mdpl dan sudah tersedia shelter seng untuk berlindung dari angin dan hujan.


Setelah setengah jam istirahat, kami lanjut mengarah ke Pos 2. Jalur yang mulai agak terjal, jarak yang cukup jauh dan hutan yang cukup lebat harus kami lalui. Karena lumayan berat untuk ibu-ibu, sekitar 1 jam setengah kami baru sampai di POS 2 BRAK SENG ( 1906 Mdpl ). Area lumayan datar cukup untuk 5 tenda dengan bangunan shelter sebagai penanda pos.

Setengah jam kami istirahat, snacking and smoking. Kami mengarah ke Pos 3. Jalur sudah mulai asik nanjak. Sekitar satu jam setengah kedepan kami mulai kepayahan hingga kami sampai di POS 3 CEMORO DOWO ( 2251 Mdpl ). Di Pos ini terdapat shelter seng dan sumber air dari jalur pipa penduduk. Karena area Pos 3 sudah penuh tenda dan juga sudah jam 12 malem, kami sepakat untuk ngecamp di Pos 4.

Setelah istirahat dan sempet ketiduran di Pos 3. Kami lanjut jalan mengarah ke Pos 4. Dari sini Anggi yang gantian bawa keril saya. Jadi saya tidak terlalu ngap sampai di Pos 4. Jam 1.30 kami sudah sampai di POS 4 PENGGIK ( 2550 Mdpl ). Apesnya area Pos 4 sudah penuh tenda, mau ndak mau kami lanjut keatas nyari lokasi tenda. Setengah jam dari Pos 4 kami dapat area yang cukup untuk 2 tenda. Setelah bongkar logistik dan masak air kami tidur. 

Puji Tuhan cuaca cerah, tanpa hujan hingga kami bangun sekitar jam 6 pagi. Sangat terlambat untuk lanjut ke puncak sebenarnya.
Tapi karena semua sepakat naik, baru jam 7.30 kami muncak.

Anaphalis Javanica Pos 4 Lawu


Dengan trek yang tidak terlalu terjal sekitar satu jam kami mengarah ke Pos 5. Hingga kami sampai di POS 5 BULAK PEPERANGAN ( 2861 Mdpl ) sekitar jam 8.00. Berupa sabana cantik memanjang seturut pertemuan dua bukit mengarah ke atas. 






Trek Sabana mBulak Peperangan

Kami menyusuri sabana diantara dua bukit dengan banyak sekali spot foto cantik. Trek relatif datar melewati camp area hingga 40 menit kemudian kami sampai di POS 6 GUPAK MENJANGAN ( 2952 Mdpl ).

Surganya Gunung Lawu Via Cetho. Ndak kalah dengan view Oro oro Ombo - Cemoro Kandang Gunung Semeru. Berupa sabana luas dengan view puncak-puncak Lawu dan juga telaga musiman yang saat musim hujan terisi air. Cukup lama kami menikmati view Sabana. Dengan sesekali kabut melintas menambah osem view sempurna.




Gupak Menjangan
 
Kami lanjut setelah satu jam istirahat di Sabana Gupak Menjangan. Menyusuri Sabana dengan trek bonusan sampai di Batas Sabana. Kami nanjak lagi hingga sekitar jam 10.30 kami sampai di PASAR DIENG ( 3140 Mdpl ). Berupa area yang didominasi batu-batu yang sudah tersusun rapi dengan vegetasi Cantigi. 
Dilarang keras memindahkan atau mengambil struktur bangunan / tatanan batu disini karena termasuk benda cagar budaya.

Dari Pasar Dieng kami mengarah ke Warung tertinggi di Indonesia, Warung Mbok Yem ( 3142 Mdpl ). Tapi karena penuh sesak kami terpaksa cuma pesen teh anget untuk tambahan tenaga ke puncak.


Dari Mbok Yem, kami menyusuri jalan terjal nanjak mengarah ke Puncak. Hingga tepat jam 12 siang kami sampai di PUNCAK HARGO DUMILAH (3265 mdpl). Puncak tertinggi ke 3 di jawa tengah.


3265 Mdpl Hargo Dumilah Peak

Foto secukupnya karena memang masih cukup ramai rebutan tugu Puncak. Setengah satu siang kami turun dari Puncak. 
Tanpa istirahat dan sempat mandi hujan mulai Gupak Menjangan, kami sampai di Tenda Pos 4 sekitar jam 2.30 siang. 
Ganti baju, packing logisik dan tenda, jam 4 sore kami start turun.

Karena licin habis hujan dan ramai, trek kebawah macet parah. Asli macet parah.
Dengan penuh perjuangan dan hampir sampai dibatas akhir kesabaran nungguin orang didepan, akhirnya kami sampai di Basecamp jam 8.30 Malam. Delapan jam trekking turun dari Puncak Hargo Dumilah. Masih jauh sih dari rekor jalan 20 jam jalan di Gunung Raung.

Semua sehat, Puji Tuhan. Dan karena besok hari saya masih harus nguli, tepat jam 11 malem, kami langsung balik masing-masing. Dewi ke Purworejo dan kami ke Ungaran.

Via Tol Karanganyar - Bawen, kami sampai di Basecamp Sarmili jam 1.30 dini hari. 


Selasa, 22 Oktober 2019

Kemping Ceria Kebun teh Promasan



Tiga bulan setelah terakhir kami naik ke Gunung Kembang, waktu berlalu dengan aktifitas harian yang monoton akhirnya saya ngap dan boring juga, saya gregetan pengen banget bisa jalan-jalan lagi, nyari oksigen yang bersih..

Sempet males naik gunung karena kebetulan cuaca dari bulan September ke Oktober panas banget, ditambah dengan berbagai insiden kebakaran di beberapa gunung hits, dan juga susah nyari temen yang free. 


5 Oktober 2019

Kebetulan wiken ini tetangga free semua, kontek pasukan juga siap otewe
Langsung kami deal jalan-jalan ngecamp di Kebun Teh Promasan. Sekalian ngajakin anak-anak jalan-jalan.

Agak ribet memang ngejar waktu untuk sewa alat, tapi akhirnya Sabtu sore jam 3 kami sudah dapat 3 Tenda, 3 Carrier, alat masak, Sleeping Bag dan matras. Tinggal belanja logistik.

Dulu, sudah sempet saya cari tau akses dan biaya kemping di sana, lengkap bisa dibaca di cerita Camp Area Kebun Teh Promasan.

Uchok merapat dari Semarang, dan Ester - Rizky merapat dari Temanggung. 

Jadinya Saya, Anggi, Uchok, Akhjad - Tirta, Agung, Hari - Kepin - Erika, Ester dan Rizky. 

Jam 7 malem kami sudah sampai di Basecamp Mawar. Kami langsung ke Loket dan lanjut jalan ke Promasan via Kebun Kopi Sikendil.
2 jam berikutnya kami sudah sampai di Camp Area Promasan, setelah sebelumnya melewati Pos Retribusi Sikendil. 


 Loket Retribusi Sikendil

View Tree House Sikendil dari kejauhan

Sedikit catatan, di Tree House Area Sikendil ini terdapat Basecamp, warung, kolam renang, Selfie spot dan Mushola. Jadi misal dalam kasus emergency, bisa langsung ditangani sama petugas jaga. 

Di camp area, kami dirikan 3 tenda, 1 Tenda untuk anak-anak. 
Karena malam yang cerah dan dingin, kami melingkar sambil membual layaknya di pos ronda. Rokokan sambil masak mie instan dan kopi, ngomongin orang..sedaappp!!

Ada juga beberapa tenda lain berdiri malam itu, tidak terlalu ramai memang. Sayangnya Ester dan Rizky, karena suatu hal, mereka terpakasa harus kembali turun setelah sekitar setengah jam istirahat. Sekitar jam 11 malam kami masuk tenda kami masing-masing dan istirahat menutup hari.





6 Oktober 2019

Pagi buta saya sudah harus bangun, perut rasanya mau meledak. Yang lain menyusul bangun dan siap-siap masak untuk minum dan sarapan. 
Pagi ini rencana kita mau ke Desa Promasan dan Goa Jepang.
Semua tenda dan peralatan kami packing kembali daripada ilang karena lokasi tenda tepat di pinggir jalur Pendakian Gunung Ungaran.

Setelah 30 menit kami jalan menyusuri jalan yang membelah kebun teh, kami sampai di Desa Promasan.
Kami jajan di Rumah Bapak Ketua RT07/07, Desa Candi Promasan, Kelurahan Ngesrep Balong, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal, yang sekaligus warung kecil.


 Depan Mushola Promasan

 Salah satu sudut Desa Promasan

 View Camp Area & Desa Promasan dari Goa Jepang

 Jalan menuju ke mata air dan area MCK

Rumah Ketua RT 7/7

Karena berada di tengah kebun teh, suasana sangat segar meskipun panas terik. Disini selain terdapat beberapa rumah penduduk, rumah para pemetik teh, ada juga lapangan yang biasa digunakan untuk kemah. Mushola dan sumber mata air telah dibangun cantik, sarana MCK juga sangat bersih. 

Tujuan utama disini adalah Goa Jepang, Sekitar 10 menit jalan dari Desa Promasan. Goa ini dibangun oleh tentara jepang untuk persembunyian dari serangan tentara sekutu.

Kami ber-9 masuk dan mengikuti lorong goa. Sangat gelap dan lembab.
Dengan lampu dari handphone kami menyusuri Goa, ada beberapa ruang seperti kamar untuk berlindung di sepanjang lorong goa. Sekitar 200 meter akhirnya ketemu ujungnya.

Karena sepi pengunjung, kami putuskan untuk sekalian sarapan di sekitar mulut goa. Selesai sarapan, kami foto-foto dan kembali ke mata air untuk mengisi stok air kami.


 View Puncak Gunung Ungaran dan Kebun Teh dari Area Goa Jepang

Di depan Goa Jepang


View Promasan dari Area Goa Jepang

Sekitar jam 11.00 kami meninggalkan Promasan untuk kembali ke Basecamp Mawar.

Benar-benar sebuah perjalanan yang menenangkan dan menyegarkan pikiran. Dengan trek yang sangat bersahabat, view full hijau, tidak terlalu jauh dan bahkan menghibur untuk anak-anak usia SD.

Sepanjang jalan turun kami sempat beristirahat di mata air yang ada tepat di jalur pendakian Pos I - Pos II Gunung Ungaran. Sangat dingin, segar dan jernih. Bahkan ada beberapa pendaki yang mandi disana. Bersyukur masih mengalir deras di musim kemarau seperti ini.



 Segar dan jernihnya mata air Gunung Ungaran

Break di area Mata Air

Dan.. akhirnya kami tiba kembali di Basecamp Mawar sekitar jam 2 siang dan langsung bersih-bersih. Pesen soto panas dan es teh sambil makan bonus view kota Ungaran dari ketinggian.

Setelah semua bersih dan kenyang, kami pulang dengan selamat sampai di Basecamp Sarmili.







Artikel ini dapat juga dibaca di detik.com dengan judul Selamat Pagi Dari Kebun Teh Ungaran.

Senin, 01 Juli 2019

Pendakian Gunung Kembang "The Little Sindoro"




Haloo broo.. 
Horeeee...Musim kemarau beku sudah datang \m/!!
Setelah menunggu hampir 6 bulan penuh, akhirnya bisa naik gunung lagi..!!

Kenangan terakhir ke gunung Raung, masih jelas membekas di kepala. 
Kali ini dengan team yang lebih heboh, Saya masih bareng Ester dan Risky bergabung dengan Mas Satrio, Iis, Dewi, Mas Hari dan Akhjad. Plus tambahan angonan, adek-adek gemes Leon dan Dennis.

Kali ini kita mau ke Gunung Kembang, adeknya Sindoro 
Dan setelah pembahasan detail logistik dan peralatan di WA Grup, kami masing-masing dari rumah berangkat sendiri dan baru berkumpul di Basecamp Blembem.

Gunung Kembang setinggi 2340 mdpl ini secara administratif berada di Kaliurip, Desa Kembarkasian, Kecamatan Kretek, Wonosobo. 
Basecamp nya sendiri berada di tengah kawasan kebun teh yang ijo adem, dan katanya bangunan Basecamp dulunya adalah tempat penampungan hasil panen kebun teh.
Meski dulunya kental dengan aura mistis, tahun 2018 Jalur Pendakian Gunung Kembang Via Basecamp Blembem resmi dibuka.

Setelah basabasi, kami mulai repacking dan daftar untuk Simaksi.

Info Penting:

DI BASECAMP BLEMBEM SEMUA LOGISTIK PENDAKIAN DIDATA DETAIL!!

Berapa batang rokok yang dibawa, berapa jumlah sachet yang dibawa, berapa bungkus sayuran yang dibawa dan bahkan berapa butir permen yang dibawa.. 
INI SERIUS..!!

Jadi nanti, saat pengambilan ID, sampah dan puntung rokok akan disesuaikan dengan data yang sama-sama ditandatangani antara ketua team dan auditor.
( masih nunggu kiriman foto checklistnya akutuh!!) 

Pendaki DILARANG KERAS membawa botol air mineral dan tisu basah. 
Sebagai gantinya kita bisa sewa jerigen 5 literan @ 2K. 

Don't event think to break this rule!! 

Satu, karena memang bagus biar para pendaki jadi disiplin menghargai alam. 
Dua, dendanya bikin lemes dengkul brooh..
Setiap pelanggaran akan didenda sebesar 1.025 K
CMIIW, ditulis gede didepan Basecamp!

   * bisa juga kroscek ke no telfon dan CP Basecamp di sini.

BASECAMP - ISTANA KATAK - KANDANG CELENG
Setelah semua beres. Jam 7 malem tepat kami berangkat. Bersebelas kami menyusuri kebun teh dengan jalur yang masih nanjak tipis. Bingung juga nyari mana Istana Katak. Entah terlewat atau memang tidak melewati, kami lanjut jalan hingga sekitar jam 9.30 malam kami baru sampai di POS KANDANG CELENG. Yang juga menandai batas Kebun teh dengan hutan.

Area Kebun Teh

KANDANG CELENG - LILIPUT
Jam 10 teng, kami berangkat mengarah ke Pos Liliput. Kondisi hutan yang masih rapat dan trek yang mulai nanjak harus kami lalui. 
Konon di hutan ini masih banyak Celeng. Jadi tidak disarankan untuk ngecamp di hutan antara Kandang Celeng dan Sabana.
Sekitar 40 menit kemudian kami baru sampai di Pos Liliput.

LILIPUT - SIMPANG 3
Berupa area datar yang ditandai dengan adanya persimpangan tiga arah yang dulu dipakai untuk pembukaan jalur. Ambil jalur lurus nanjak. Kondisi hutan semakin lebat. Pos ini berjarak sekitar 30 menit jalan santai dari Liliput.

SIMPANG 3 - AKAR
Jalur semakin menanjak dengan hutan yang masih lebat. Bintang ndak tembus di sini saking rapetnya hutan. Ditambah dengan banyaknya lumut dan akar pohon yang melintang, menjulur cukup untuk membuat kita lebih waspada. Berjarak sekitar 20 menit jalan santai dari Simpang 3.

AKAR - SABANA
Jalur semakin menanjak. Bintang mulai terlihat, pertanda Pos Sabana sudah dekat. Disini, beberapa dari kami mulai kepayahan. Kondisi ini mengharuskan kami untuk ngecamp di pos Sabana. 
Selain di Puncak, Camp Area lain yang disarankan di Gunung Kembang hanya di Area Sabana.
Kami sampai di Sabana sekitar jam 12.10 dini hari. Dengan kondisi trek yang lumayan curam, sangat sulit menemukan lokasi ngecamp yang memang sangat terbatas. 
Dengan suhu yang sangat dingin, kami masih harus bertarung dengan kantuk untuk mendirikan 3 tenda. Bagi tugas masak air dan set tenda, sekitar jam 1 tepat kami sudah siap istirahat.
Satu tenda keburu kebawa team Mas Satrio yang langsung summit dan ngecamp di pucuk.

Camp Area Pos Sabana 


SABANA - TANJAKAN MESRA
DINGIN..menyapa kami bersama cahaya matahari pagi yang menyinari area kejauhan. Apes, ternyata kita pas di posisi umbra gunung Sindoro. Sinar matahari otomatis kehalang body Gunung Sindoro. Dingin juga belum beranjak, masih setia nunggu sinar matahari untuk pergi.
Prepare dan masak air untuk segelas teh panas, baru sekitar jam 7 kami berangkat naik.
Mulai dari depan tenda, trek terlihat horor nanjak. Dan benar saja, sampai sekitar setengah jam berikutnya kami baru tiba di Pos Tanjakan Mesra yang ditandai dengan jalur menanjak dengan tali terpasang sebagai pegangan. 

Tanjakan Mesra

TANJAKAN MESRA - PUCUK
Tanjakan semakin menanjak ndangak mesraa..
Teringat kembali jalur Engkol-engkolan Gunung Sumbing. Asli badass! 
Beruntung, Kembang tidak setinggi Sindoro - Sumbing kakaknya. 
Baru setengah jam kemudian, sekitar jam 8.10 akhirnya kami sampai di Puncak Gunung Kembang 2340 mdpl. 


Kembang Summit, 2340 masl 

Tepat berada di sebelah Gunung Sindoro. Tersaji pemandangan kawah Gunung Kembang mengarah ke timur, ke Kak Sindoro. 
Setiap lekukan seksi lembah dan badan Sindoro keliatan jelas. Sampai uap aktivitas Sindoro di area puncak pun jelas keliatan. Disebelahnya, jauh dikit ke selatan, The real Badass Sumbing, angkuh berdiri nantangin nyali.. 
Di tengah-tengahnya, Merbabu, Andong Cs bersabuk awan dikejauhan ngademin pikiran.

180º di barat, Dieng Plateau terlihat berkabut tipis dengan landmark Gunung Prau menjadi titik tertingginya. Gunung Slamet hanya diam memandang kami dengan senyum provokatif.

Area Puncak yang datar dan sangat luas bisa menampung kira-kira 150 tenda. Jadi tidak perlu khawatir soal lokasi camp. Terlebih setiap hari pendakian dibatasi hanya untuk 500 pendaki. Pasti muat kok..

Puas foto-foto, kami masak bersama, makan bersama di tenda Mas Satrio yang semalam langsung summit
Sampai jam 10.30 kami baru start turun.

Perjalanan dari puncak ( + bongkar tenda ) sekitar 4 jam jalan santai. Hingga kami sampai di Basecamp sekitar jam 3 sore.

Ngingetin sekali lagi, semua detail sampah di note ya gess...
Asli diaudit satu-satu di Basecamp, brooh..!!
Dan setelah packing, bersih-bersih dan ganti seragam, kami bubar jalan masing-masing, pusing mikir share cost..hahaha!!

Seeyou, broo..!!!

 Masak - masakan

 Bersama artis korea

 Mighty Sumbing

 Mighty Sumbing

Breakfast Menu

Take off to the moon..

 Sindoro at background..




Note:
Tiket : @ 20 K 
          10 : Tiket
          5  : Parkir
          5  : Fasilitas Basecamp


Kembang itinerary:

*jalan super santai*
Basecamp - Kandang Celeng     : 2,5 jam
Kandang Celeng - Liliput      : 40 menit
Liliput - Simpang Tiga        : 30 menit
Simpang Tiga - Akar           : 20 menit
Akar - Sabana                 : 40 menit
Sabana - Tanjakan Mesra       : 30 menit
Tanjakan Mesra - Pucuk        : 30 menit
Pucuk - Basecamp ( + Packing ): 4 jam
Total jarak tempuh 5 km (+/-)

Catatan ini juga bisa dibaca di travel.detik.com dengan judul Kisah Pendakian Gunung Kembang, Adiknya Gunung Sindoro.

Jumat, 10 Mei 2019

Rosario Tujuh Goa Maria - Catatan Perjalanan Spiritual


'Dalam kesukaran, menggenggam rosario adalah bagaikan menggenggam tangan Maria sendiri..' 
 - Padre Pio -




Bulan Mei, Bulan Maria, Bulan Rosario sudah datang. Pas berbarengan dengan bulan puasa Ramadhan bagi saudara-saudara muslim. Mau naik gunung juga banyak jalur yang tutup.

Beberapa minggu lalu, saya dan istri saya Agatha sempat ngobrolin masalah kesehatan anak kami Aro, yang begitu rapuh dan sering sakit. Hingga, kami sepakat untuk mohon doa restu Bunda Maria dengan berdoa Rosario di Tujuh Goa Maria. 

Kebetulan sudah masuk bulan Mei, Tujuh Goa Maria pun sudah kami sepakati. Dan akhirnya Sabtu Minggu 4 - 5 Mei, kebetulan saya dan istri saya libur.
Kami berangkat dari Ungaran jam 11.00 siang, setelah semua urusan rumah selesai. 


#1 Goa Maria Sancta Rosa Mystica Mater Divinae Gratiae

Setelah setengah jam perjalanan mengarah ke Salatiga, sekitar 20 km, kami sampai di Goa Maria Rosa Mystica Tuntang. Goa Maria ini terletak di Dusun Banyuurip, Desa Jelok, Kecamatan Tuntang. Lokasinya diatas bukit dan dibangun pada tahun 1999 setelah penampakan Bunda Maria dalam jubah putih kekuningan dengan tiga kuntum bunga mawar berwarna putih, merah dan emas diatas jubahnya.

Di Goa Maria ini selain terdapat Patung Bunda Maria, terdapat Salib Yesus di ujung jalur Jalan Salib, Selain itu juga terdapat sendang Banyuurip, Sendang Sumber Air Kesembuhan di parkiran mobil jalur Jalan Salib. Sendang ini dikenal luas bukan hanya dari umat Katholik saja.

Akses untuk Ke Goa Maria Rosa Mystica bisa melalui Pertigaan setelah Jembatan Tuntang belok ke kiri sekitar 5 km. Papan penunjuk Goa Maria sudah tersedia sampai ke lokasi.

Ibadat rutin:
 1. Misa minggu pertama jam 10.00
 2. Misa tiap hari minggu pada bulan Maria Mei dan Oktober jam 10.00




Area Doa

#2 Goa Maria Pereng Getasan

Goa Maria yang berawal dari tanah hibah warga katolik untuk pengembangan iman umat ini terletak di lereng gunung Merbabu, tepatnya di Stasi Santo Yusuf Getasan, Paroki Santo Paulus Miki Salatiga. Secara administratif berada di Dusun Jampelan, Desa Getasan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Sekitar 25 km dari Goa Maria Rosa Mystica ke arah Magelang Via Kopeng.
Suasana hening dan adem karena masih rimbun pohon dan bambu. Disini selain Sendang, Goa Maria dan Altar utama, terdapat salib selayaknya di Golgota. Untuk Jalan Salib disediakan jalur yang tidak terlalu jauh.

Akses bisa melalui Ring Road Salatiga sampai ke perempatan ke arah Kopeng belok kanan. Sekitar 15 km sampai ke pertigaan Getasan belok ke kiri 100 meter.

Ibadat rutin:
 1. Misa minggu pertama jam 10.00
 2. Misa tiap hari minggu pada bulan Maria Mei dan Oktober jam 10.00


Sendang 



#3. Goa Maria Sendang Sriningsih

Setelah sekitar 70 km dari Gua Maria Pereng Via Boyolali, kami sampai di Gereja Santa Maria Marganingsih komplek Goa Maria Sendang Sriningsih sekitar jam 5 Sore, beruntung kami bisa sekalian ikut misa karena kebetulan saat itu umat baru berdatangan untuk Ekaristi sore. Suasana gereja yang asik membuat kami sangat terberkati.


Misa Malam Minggu  di Gereja Santa Maria Marganingsih


Setelah misa, kami langsung ke Goa Maria Sriningsih. Sekitar 10 menit naik ke atas bukit dengan jalan lumayan nanjak. 
Suasana adem dan hening sarat aura spiritual membawa kami larut dalam butiran Rosario.

Di area utama terdapat sumur sendang Sriningsih, pendopo dan patung Bunda Maria di dalam Goa yang cukup megah. Didepan patung terdapat area doa yang cukup luas dipayungi dua pohon beringin besar penuh dengan akar gantung. Disamping atas Goa Maria terdapat Salib Milenium. 

Ibadat rutin: 
 1. Pembukaan dan Penutupan bulan Maria pada bulan Mei dan Oktober
 2. Prosesi Obor dari Gereja Marganingsih 
 3. Novena malam Jumat Kliwon.







#4. Goa Maria Ratu Perdamaian Sendang Jatiningsih

Setelah semalam kami menginap di tempat bude di daerah Pakem, Sleman, Minggu pagi ini kami memulai perjalanan hari ke #2 ke Goa Maria Jatiningsih. Kurang lebih 60 km dari Sendang Sriningsih Via Pakem.
Berada di Paroki Klepu, Dusun Jitar, Desa Sumberarum, Kecamatan Moyudan, Sleman, tepat dipinggir sungai Progo.

Dinamakan Sendang Jatiningsih dengan harapan sumber air ini akan selalu mendatangkan kedamaian yang sejati. 
Dibangun pada tahun 1952 dan terkenal dengan Tirta Wening Banyu Panguripan yang dialirkan melalui keran di beberapa tempat di area Goa Maria. Terdapat berbagai diorama penyaliban Tuhan Yesus lengkap beserta narasi ceritanya. 








#5. Goa Maria Lawangsih

Sekitar jam 11.30, sekitar 15 km dari Sendang Jatiningsih, dengan jalan yang sebagian besar melewati areal persawahan di daerah Kulon Progo yang sangat cantik. Kami sampai di Goa Maria Lawangsih (pintu berkah). 
Goa alami di perbukitan Menoreh, Stasi Santa Perawan Maria Fatima, Paroki Santa Perawan Maria Nanggulan, Dusun Patihombo, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kulon Progo.



Suasana alam terpancar dari area patung Bunda Maria. Terdapat sumber air segar di belakang patung dengan hiasan stalagtit goa. Di sebelah kanan terdapat Panti Semedi di satu ruang goa untuk meditasi dengan patung Tuhan Yesus lengkap dengan tikar dan lampu penerangan di dalamnya. Sangat tenang dan hening..



 Panti Semedi







#6. Goa Maria Lourdes Sendangsono

Terletak di Paroki Santa Maria Lourdes Desa Banjaroyo, Kalibawang, Kulon Progo. 25 km dari Sendang Lawangsih, melewati daerah Boro. Dengan sejarah besar di balik Pohon Sono Kembar tempat Romo Van Lith melakukan pembabtisan pertama di Pulau Jawa pada tahun 1904. Dan sejarah pembangunan, dimana patung Bunda Maria persembahan dari Ratu Spanyol ramai-ramai digotong dari Desa Sentolo di bawah oleh seluruh umat Kalibawang. 

Dinamakan Goa Maria Lourdes karena menurut sejarahnya dulu para pemuda katolik yang berkesempatan berziarah ke Lourdes diijinkan membawa batu tempat penampakan Bunda Maria Lourdes sebagai Reliqui untuk ditanam dibawah patung Bunda Maria. 
Bagi saya pribadi, seperti ada ikatan yang kuat dengan tempat ini. Dan bahkan salah satu frasa nama saya juga diambil dari nama Sendangsono.

Suasana spiritual yang kental dan adem khas Goa Maria sangat terasa disini, berkat desain arsitektur dan konsep pembangunan komplek yang ramah lingkungan dari romo YB Mangunwijaya.
.
Ibadat Rutin:
 1. Misa Jumat Pertama jam 15.00
 2. Misa Malam Minggu ke 2 jam 20.00
 3. Misa rutin setiap Sabtu selama bulan Mei dan Oktober jam 20.00





#7. Taman Doa Dan Semadi Kendalisodo

80 km dari Sendangsono mengarah pulang. Terletak Paroki Santo Stanislaus Girisonta, secara administrasi berada di Glodogan, Kelurahan Harjosari, Bawen. 
Berawal dari gagasan untuk membuat sebuah Taman Doa dari kelompok Mudika yang rutin mengadakan Jalan Salib dari Kapel Maria Assumpta Glodogan ke Puncak Bukit Kendalisodo. Hingga akhirnya mendapat petunjuk dari Roh Kudus.

Masih cukup awam bagi saya dan istri saya. 
Ternyata benar..sangat sepi, bahkan hanya kami berdua di sana saat itu. Mungkin karena saat itu hujan dan sudah mulai gelap. 
Benar-benar sangat sepi, tanpa petugas yang berjaga dan penerangan yang redup yang semakin menambah pekat aura spiritual.
Mungkin karena suasana yang sangat sepi dan hujan itu juga malah membuat istri saya sedikit ketakutan. Tapi untuk saya, saya sangat menikmati kedamaian dan ketenangan dalam berdoa saat itu..

Terdapat patung Tuhan Yesus Bertahta serupa dengan Raja Jawa di sebelah kiri yang mirip seperti di Ganjuran, yang menandakan inkulturasi agama dengan kebudayaan Jawa. Bangunan atap di masing-masing perhentian Jalan Salib pun mengadopsi kebudayaan Jawa.

Semoga proses pembangunan dan perkembangan Taman Doa ini diberkati Tuhan, sehingga semakin menjadi perantara berkah bagi masyarakat sekitarnya.

Ibadat rutin: Perayaan Novena setiap minggu pertama dimulai dari bulan Oktober sampai minggu pertama bulan Juni.





Karena masih kurang mantap, istri saya ngajakin remidi ke TDSK bersama Aro, dan akhirnya Bunda Maria berkenan mengundang kami kembali.

Remidi :